Pantau – Wirausaha sosial independen Eco Tourism Bali (ETB) menginisiasi gerakan konsumsi minyak sawit berkelanjutan di sektor pariwisata sebagai langkah konkret mendukung pelestarian lingkungan dan kesejahteraan petani lokal.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dan menjaga ekosistem melalui praktik konsumsi yang lebih bertanggung jawab di sektor wisata.
“Kami bertujuan untuk memajukan industri pariwisata yang lebih berkelanjutan yang memberikan manfaat jangka panjang bagi planet dan masyarakat lokal,” kata Co-Founder Eco Tourism Bali Suzy Hutomo dalam acara Eco Tourism Week 2025 di Sanur, Denpasar, Bali.
Untuk memperkuat langkah ini, ETB menggandeng organisasi nirlaba global Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Kerja sama ini difokuskan pada upaya peningkatan komitmen dalam mengurangi deforestasi, melindungi satwa liar, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan sawit.
Pariwisata Dinilai Bisa Jadi Penggerak Penggunaan CSPO
Deputi Direktur Transformasi Pasar RSPO Indonesia, Windrawan Inantha, menyebut sektor pariwisata Indonesia mengonsumsi sekitar 500 ribu ton minyak sawit mentah (CPO) setiap tahun.
Sebagian besar dari konsumsi tersebut berasal dari penggunaan minyak goreng di sektor pariwisata, atau sekitar lima persen dari total konsumsi minyak sawit nasional untuk kebutuhan pangan.
“Angka ini menegaskan bahwa pariwisata bukanlah pemain kecil,” ujar Windrawan.
Ia menilai sektor pariwisata memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor penggunaan Minyak Sawit Bersertifikat Berkelanjutan (CSPO) karena stabilitas ekonomi sektor ini, daya tahan terhadap fluktuasi harga, serta kedekatan langsung dengan konsumen.
Tren wisata global juga menunjukkan bahwa wisatawan semakin peduli terhadap praktik berkelanjutan.
Bagi pelaku usaha seperti hotel, restoran, jasa katering, dan pedagang kuliner, penggunaan CSPO bukan hanya langkah etis, tapi juga strategi pemasaran yang efektif.
Pada 2024, Indonesia mencatat kedatangan sekitar 14 juta wisatawan mancanegara dan ratusan juta perjalanan wisatawan domestik.
“Bayangkan jika setiap wisatawan menggunakan 0,1 kilogram minyak goreng per hari, dampaknya akan sangat besar jika semuanya beralih ke CSPO,” imbuh Windrawan.
Saat ini, sudah banyak pelaku pariwisata yang mengantongi sertifikasi keberlanjutan seperti GSTC, Green Key, atau EarthCheck.
Windrawan mengajak industri pariwisata untuk membangun rantai pasok yang mendukung minyak sawit berkelanjutan.
“Pariwisata dan minyak sawit adalah pilar utama ekonomi Indonesia. Jika dikelola secara bertanggung jawab, keduanya dapat saling memperkuat untuk masa depan yang berkelanjutan bagi bisnis, masyarakat, dan lingkungan,” pungkasnya.
Sumber: https://www.pantau.com/nasional/271347/gandeng-rspo-etb-inisiasi-perubahan-menuju-pariwisata-hijau