BALISUARAMERDEKA – Bali kembali menegaskan komitmennya sebagai pusat pariwisata berkelanjutan di Indonesia lewat pelaksanaan Eco Tourism Week (ETW) 2025 yang digelar untuk ketiga kalinya pada Rabu (28/5/2025), di Bali Beach Convention Center, Sanur.
Acara prestisius ini diprakarsai oleh Eco Tourism Bali (ETB) bekerja sama dengan The Meru Sanur, dan menjadi panggung penting bagi berbagai inovasi dalam sektor pariwisata hijau.
Tahun ini, ETW 2025 mengusung tema “Menuju Masa Depan Pariwisata Tangguh Iklim”, berfokus pada tantangan nyata perubahan iklim serta solusi konkret untuk menciptakan industri pariwisata yang lebih bertanggung jawab dan regeneratif.
Yang membanggakan, Eco Tourism Bali juga mencatat tonggak sejarah baru sebagai perusahaan verifikasi keberlanjutan pertama dan satu-satunya di Indonesia yang diakui dalam daftar kepatuhan global Travalyst, mengangkat nama Bali ke panggung dunia.
“Kami mengapresiasi kolaborasi visioner antara Eco Tourism Bali dan The Meru Sanur dalam mendorong pariwisata yang lebih hijau dan sadar lingkungan,” ujar Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata Ni Made Ayu Marthini. Ia menambahkan bahwa inisiatif ini sejalan dengan program nasional seperti Gerakan Wisata Bersih dan kampanye #KeepTheWonder.
Acara ini dihadiri lebih dari 300 peserta, melibatkan 50 solusi berkelanjutan sektor perhotelan, tiga panel diskusi dengan pakar industri, dan 10 presentasi dari pelopor bisnis hijau. Peserta juga akan memilih “Solusi Paling Inovatif” dan “Paling Berdampak” sebagai bentuk penghargaan komunitas. Salah satu sorotan unik dari ETW 2025 adalah pameran seni dari Ririn Yaxley (Kita Bisa) yang menghadirkan instalasi dari limbah industri hotel. Karya ini menjadi simbol kuat bahwa kreativitas bisa menjadi jalan keluar dalam menghadapi krisis lingkungan.
ETB juga menganugerahkan Eco Climate Badge kepada 21 hotel dan restoran yang telah lolos proses verifikasi pada 2024–2025, memperlihatkan dedikasi mereka terhadap praktik pariwisata berkelanjutan. “Dengan menggelar ETW di antara Hari Keanekaragaman Hayati dan Hari Lingkungan Hidup, kami ingin menegaskan bahwa pariwisata bisa menjadi kekuatan regeneratif yang harmonis dengan alam,” tegas Co-Founder Eco Tourism Bali Suzy Hutomo.
Sementara itu, Rahmi Fajar Harini, Co-Founder ETB lainnya, menambahkan bahwa keberhasilan ETB menjalin koneksi dengan lebih dari 60 lembaga sertifikasi keberlanjutan global menunjukkan bahwa solusi lokal dari Bali kini telah diterima dan diakui secara internasional.
Eco Tourism Week bukan hanya konferensi, tetapi sebuah gerakan yang mempersatukan pemerintah, akademisi, pebisnis, dan aktivis lingkungan untuk membentuk masa depan pariwisata yang lebih sadar, lebih adil, dan berorientasi pada regenerasi. Dengan sinergi kuat dari berbagai pihak, Bali semakin mantap menuju peran barunya sebagai model destinasi wisata hijau dunia.