Tantangan iklim di Bali, dan mempromosikan pariwisata berkelanjutan menjadi diskusi hangat pada Hari Pariwisata Dunia 2024 di Studio Eksotika, Desa Potato Head, waktu ini.
Pariwisata berkelanjutan itu berakar pada warisan budaya kaya dan filosofi tradisional Tri Hita Karana, yang mengedepankan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Diskusi saat itu, dimulai dengan sesi panel yang mengeksplorasi persimpangan antara Pariwisata Bali, Perubahan Iklim, dan Tri Hita Karana.
Acara Bali ini menekankan peran penting pariwisata dalam mendorong perdamaian dan pemahaman antar budaya dan destinasi.
Hal itu, sejalan dengan tema global Hari Pariwisata Dunia 2024 yang diusung UNWTO, yaitu “Pariwisata dan Perdamaian”.
Peringatan Hari Pariwisata Dunia 2024 ini dengan menekankan pentingnya tolok ukur keberlanjutan dalam pariwisata.
Itu penting, agar bisnis, terutama akomodasi, terdorong untuk menerapkan praktik yang ramah lingkungan dan iklim, untuk memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan.
Diskusi itu menekankan pentingnya menghormati lingkungan, kemanusiaan, dan spiritualitas, memperkuat pariwisata berkelanjutan menuju harmoni global dan rekonsiliasi.
Sebagai langkah besar dalam acara tersebut, Eco Climate Badge diluncurkan sebagai skemaverifikasi keberlanjutan baru untuk hotel dan restoran di Bali.
Skema ini dirancang untuk mendorong praktik ramah lingkungan yang melindungi lingkungan alam dan warisan budaya pulau ini yang sejalan dengan upaya global memajukan pariwisata berkelanjutan.
Skema ini berkontribusi pada peran Bali dalam mempromosikan perdamaian melalui pariwisata dengan menjaga integritas lanskap dan tradisi uniknya.
Menurut data Dinas Pariwisata Provinsi Bali tahun 2023, terdapat lebih dari 7.500 hotel diBali, namun hanya sedikit yang bisa mendapatkan standar verifikasi internasional.
Panduan ini, nantinya diharapkan hotel-hotel yang belum memiliki akses dapat meningkatkan keberlanjutan mereka untuk bergabung.
Pada kesempatan itu, Market Team Leader Booking.com, Ayuk Yulianingsih mengapresiasi dan mendukung inisiatif ini karena melihat penelitian terbarunya.
Dalam penelitian itu, sekitar 83% pelancong global lebih memilih dan memprioritaskan opsi ramah lingkungan, dan sekitar 56% bersedia membayar lebih untuk alternatif berkelanjutan.
“Oleh karena itu, Eco Climate Badge menjadi lebih menarik bagi para pelancong serta hotel dan restoran,” jelasnya.
Sementara Direktur Keberlanjutan Potato Head, Amanda Marcella menyampaikan sebuah pandangan positif tentang manfaat dari Eco Climate Badge.
“Saya pikir ini adalah langkah yang bagus bahwa kita memiliki (panduan) ini, kita selalu bisa melihat dan mencari apa yang bisa kita tingkatkan berikutnya,” ujarnya.