Home
blog
Hak Atas Pangan: Peran Industri Pariwisata

Hari Pangan Sedunia telah diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Oktober sejak tahun 1979 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran global dan mendorong aksi nyata dalam membantu mereka yang menderita kelaparan, serta memastikan diet sehat untuk semua orang. Merayakan Hari Pangan Sedunia berarti mempercayai bahwa setiap orang berhak mendapatkan akses terhadap pangan yang memadai. Seperti tema tahun ini, ‘Hak atas Pangan untuk Kehidupan dan Masa Depan yang Lebih Baik’.

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling penting, dan tanpanya, manusia akan menghadapi kelaparan, malnutrisi, bahkan kematian. Hak atas pangan bukan berarti menerima bantuan gratis, melainkan memiliki akses terhadap pangan yang memadai, serta hak untuk mendapatkan akses berkelanjutan ke sumber daya guna memproduksi, memperoleh, dan membeli makanan untuk mencegah kelaparan, memastikan kesehatan, dan memiliki kemampuan menentukan sistem pangan mereka sendiri.

Faktanya, hal ini secara eksplisit dinyatakan dalam Pasal 11 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (ICESCR), serta dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang menyatakan “…setiap orang berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan medis, serta layanan sosial yang diperlukan.” Indonesia termasuk di antara banyak negara yang berkewajiban untuk sepenuhnya menegakkan dan secara progresif menangani isu ini. Namun, memastikan hak atas pangan adalah tanggung jawab bersama, dan industri pariwisata juga tidak terkecuali.

Ketika kita membicarakan hak atas pangan, kita tidak bisa mengabaikan sektor-sektor kunci lainnya yang berperan penting, salah satunya adalah pariwisata. Pariwisata sebenarnya memiliki hubungan erat dengan sistem pangan lokal.

Sebagai wisatawan, kita sering mencari makanan yang diproduksi secara lokal. Permintaan ini dimanfaatkan oleh hotel-hotel, dan seringkali restoran, untuk bekerja sama dengan petani lokal, membangun hubungan erat dengan mereka, dan membantu meningkatkan perekonomian lokal. Hasilnya, pelanggan dapat menikmati masakan otentik yang dibuat dari bahan-bahan sehat dan segar, serta warisan kuliner lokal dapat dilestarikan.

Selain itu, karena layanan makanan merupakan bagian besar dari industri perhotelan, permintaan ini mendukung pertanian lokal dan membentuk rantai pasokan pangan yang lebih luas.

Memperluas program CSR (Corporate Social Responsibility) Anda adalah salah satu cara untuk berkontribusi pada hak atas pangan, yaitu:

  1. Menyediakan peluang kerja : Industri pariwisata sangat luas, dan dapat menciptakan banyak lapangan kerja, sehingga meningkatkan pendapatan. Hal ini, pada gilirannya, dapat meningkatkan akses untuk memproduksi, memperoleh, dan membeli makanan yang memadai demi kehidupan dan masa depan yang lebih baik.
  2. Mengurangi pemborosan makanan : Tahukah Anda bahwa industri perhotelan telah menyumbang hampir 12% dari limbah makanan dalam beberapa tahun terakhir? Pada tahun 2021, hasil dari FGD oleh Kemitraan untuk Aksi Ekonomi Hijau (PAGE) menyatakan bahwa Bali telah menghasilkan 877.224 ton kehilangan dan limbah makanan, yang setara dengan 201,08 kg per kapita setiap tahunnya. Mengurangi pemborosan makanan memerlukan beberapa langkah penting, seperti mendidik tamu dengan menyediakan informasi tentang limbah makanan di area tertentu di hotel, serta bekerja sama dengan organisasi yang dapat memanfaatkan makanan surplus untuk mereka yang membutuhkan.
  3. Sumber pangan dari petani lokal yang berkelanjutan dan etis : Bekerja sama dengan petani lokal yang menerapkan keberlanjutan menawarkan banyak manfaat. Mereka tidak hanya fokus pada penanaman dan panen, tetapi juga mengutamakan lingkungan, kesejahteraan hewan, dan hak-hak pekerja. Selain itu, makanan yang disajikan oleh hotel dan restoran akan lebih segar, lebih sehat, lebih otentik, dan memberikan pengalaman kuliner yang lebih menyenangkan.

Semua upaya ini akan membawa pelanggan yang puas, dan pada akhirnya membantu meningkatkan ekonomi lokal.

Sebagai kesimpulan, industri pariwisata memang memainkan peran penting dalam mempromosikan hak atas pangan. Dengan fokus pada penciptaan lapangan kerja, pengurangan limbah makanan, dan kolaborasi dengan petani lokal, kita dapat membangun komunitas yang lebih tangguh dan lebih sehat.

Pada akhirnya, tujuan kita untuk memastikan hak atas pangan akan terwujud saat semakin banyak orang mendapatkan akses terhadap makanan yang memadai, serta mampu memproduksi dan memperoleh sistem pangan mereka sendiri.

Eco Tourism Bali mendorong semua hotel dan restoran di Bali untuk mempromosikan hak atas pangan. Masih banyak yang harus dilakukan, dan ada banyak inisiatif lain yang dapat kita jalankan.

Dukungan untuk Hak atas Pangan dijelaskan dalam Pedoman Terperinci kami yang sederhana namun jelas. Dibuat oleh Eco Tourism Bali bekerja sama dengan R&D Lab Kopernik, Pedoman ini mengikuti standar GSTC, yang disesuaikan khusus untuk hotel dan restoran lokal. Anda tidak hanya akan mendapatkan sumber daya untuk membantu mempromosikan hak atas pangan, tetapi juga alat untuk meningkatkan keberlanjutan bisnis Anda.

Untuk mendapatkan akses, bergabunglah dengan kami sekarang untuk mengklaim Eco Climate Badge Anda! Anda hanya membutuhkan 30: daftar, lalu selesaikan 30 pertanyaan penilaian mandiri dalam 30 menit, dan dalam 30 hari, Eco Climate Badge Anda akan menjadi milik Anda.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi kami di info@ecotourismbali.com.

Penulis: Diva Kowara.