Indonesia, sebagai negara agraris, sangat bergantung pada sektor pertanian dan kehutanan. Interaksi sosial dan lingkungan menambah kompleksitas antara kebutuhan petani kecil dan pelaku usaha hilir untuk keberlanjutan jangka panjang.
Dalam konteks ini, kolaborasi gotong-royong menjadi solusi krusial. Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) bekerja sama dengan Smesco dan para mitra menggelar Festival Tumpek Wariga 2024 bertemakan “Forest in Harmony”, perayaan upaya kolaboratif dalam rantai pasok agroforestry di Bali. Festival Tumpek Wariga 2024 berlangsung selama tiga hari dari tanggal 2 hingga 4 Februari mendatang. Festival yang bertepatan dengan hari Tumpek Wariga merupakan wujud syukur antara hubungan manusia dengan alam.
Pada hari pertama festival diadakan talkshow inspiratif, lokakarya Rantai Nilai Gotong Royong, eksplorasi inisiatif dari komoditas di Bali Barat. Kegiatan diadakan pada Jumat, 2 Februari 2024, di Smesco Hub Timur Nusa Dua yang dihadiri puluhan peserta.
Puncak Festival Tumpek Wariga akan berlangsung esok hari di Hutan Bali Barat, diisi dengan berbagai kegiatan seperti sustainable forest walk, sustainable commodities walk, talkshow bertajuk “Ecotourism to Advance Sustainable Value Chain,” sustainable forest market, dan mindful session.
Sementara pada Minggu, 4 Februari mendatang, akan diadakan conservana tour, west Bali forest VC3 mapping, dan penutupan festival. Dalam konteks penyelenggaraan Festival Tumpek Wariga di Bali, diharapkan terjadi kolaborasi tidak hanya antar manusia, tetapi juga antara manusia dan alam dalam pengembangan ekonomi ke depan. Kita percaya bahwa kekuatan Indonesia terletak pada pemanfaatan dan pelestarian potensi yang ada.
Sementara itu, Kepala Balai PPI Jawa Bali Nusa Tenggara Kementerian LHK, Haryo Pambudi, menyampaikan bahwa dalam konteks adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, penting untuk mempromosikan nilai ekonomi kehutanan selain karbon.
Kegiatan ini menjadi kesempatan yang baik, khususnya bagi teman-teman sektor kehutanan di Provinsi Bali, untuk mengkolaborasikan pendanaan yang nantinya tetap menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan ekonomi.
Dalam konteks perubahan iklim, kita akan mengemasnya dalam tiga hal: pertama, bagaimana meningkatkan upaya mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan. Kedua, bagaimana meningkatkan aksi adaptasi di tingkat desa sehingga indeks kerentanan desa dapat diturunkan, salah satunya melalui program kampung iklim.
Selain itu, hari kedua diisi dengan pemaparan dari Eco Tourism Bali yang diwakili oleh Co-Founder, Rahmi Fajar Harini. Rahmi memaparkan tantangan dan peluang rantai pasok, di mana Eco Tourism Bali memiliki peran yang signifikan dalam mendukung jalannya rantai pasok yang berkelanjutan di Bali. Selain itu, Eco Tourism Bali memiliki sebagai jembatan antara local sourcing dan industry hotel dan restaurant di Bali dalam proses rantai pasok yang berkelanjutan.
Puncak acara ini adalah penutupan yang ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Eco Tourism Bali dan Koalisi Ekonomi Membumi. MoU ditandatangani oleh COO dan Co-Founder Eco Tourism Bali, Rahmi Fajar Harini, dan Gita Syahrani, Ketua Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi.
Nota Kesepahaman ini mencakup kolaborasi dalam penyusunan dokumen panduan pengadaan barang/jasa lestari sebagai bagian dari rantai nilai gotong royong untuk sektor usaha perhotelan, akomodasi, dan restoran, serta pengembangan program peningkatan kapasitas terkait sektor usaha pariwisata yang lestari.
Penulis: Deska Yunita