Indonesia menyambut delegasi G20 di Bali minggu ini dengan infrastruktur dan atraksi yang lebih ditingkatkan serta berkelanjutan, dengan sorotan pada seni budaya lokal, kerajinan, serta kuliner.
Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyampaikan dalam media briefing virtual dari Bali bahwa berbagai hidangan nasional yang ditampilkan merupakan diplomasi gastronomi Indonesia.
Deputi Bidang Produk dan Acara Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Rizki Handayani, menceritakan bahwa teater masakan ‘Story of Gulu and Friends’ dan ‘Archipelago on a Tray’ menyoroti kuliner dari berbagai daerah di Indonesia.
Dia mengatakan, “Nampan misalnya, memamerkan (hidangan dengan bahan-bahan) yang berasal dari Aceh hingga Papua. Bebek, misalnya dari Sumatera, kopi dari Gayo (Aceh), dan teh dari Jawa Barat. Semua pulau di negara ini terwakili (dalam jamuan makan siang).”
Kisah sumber pangan berkelanjutan juga dihadirkan melalui pertunjukan yang terintegrasi.
Sebagai bagian dari side event G20, ketua delegasi mengunjungi Taman Hutan Mangrove Ngurah Rai. Menjelang kunjungan, fasilitas di kawasan mangrove diperbaiki, antara lain pembangunan gapura masuk, area parkir, tugu G20, area plasa, Beji (taman keramat di kawasan pura), Wantilan (pendopo), treking mangrove, area pembibitan, sistem irigasi pembibitan, area penerima, gardu pandang menuju Teluk Benoa, serta menara pengawas.
Terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bendungan Muara juga telah dilakukan upgrading, seperti optimalisasi fungsi tampungan air di Waduk Muara, yang diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Transisi energi terbarukan ini sejalan dengan salah satu isu global yang menjadi sorotan dalam KTT G20.
Selain itu, Indonesia juga memamerkan konsep energi hijau dengan menerapkan PLTS di sepanjang jalan Tol Bali-Mandara, termasuk kendaraan listrik – 962 mobil, 454 sepeda motor, dan 28 unit bus – yang beroperasi selama acara untuk mengangkut delegasi G20.